Akhir-akhir
ini banyak sekali permaslahan yang terjdai khususnya permasalahan dalam keluarga.
Mungkin saya tidak pernah mengalami
permasalahan dalam keluarga, akan tetapi orang-orang yang saya pernah dengar
cerita tentang permasalahan keluarga. Permasalahan keluarga umumnya dipicu atas
kecemburuan social dan ekonomi, dan mirisnya anak lah yang menjadi korban
pelampiasan amarah dari orang tua mereka. Sebaiknya di antara anggota keluarga, ditingkatkan
sikap saling peduli. Orang tua harus lebih waspada memperhatikan tumbuh kembang
anak. Anak anak juga mesti di beri pengertian tentang menjaga diri terhadap
diri dan lingkungannya, sebab kita juga tak selamanya berada di sisi anak
setiap hari.
Misalnya ketika anak berada di sekolah, tentu peran orang tua sudah tergantikan oleh guru. Namun demikian guru juga tak bisa mengawasi satu persatu anak didiknya jika seorang guru harus mengajar 25 sampai 30 anak dalam satu kelasnya. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan untuk membentuk karakter anak dalam menyikapi sosialisasi anak. Mengapa demikian? Anak anak tak hanya mempunyai kelebihan yang cemerlang tapi juga mempunyai kekurangan yang bisa menghambat pergaulannya.
Misalnya ketika anak berada di sekolah, tentu peran orang tua sudah tergantikan oleh guru. Namun demikian guru juga tak bisa mengawasi satu persatu anak didiknya jika seorang guru harus mengajar 25 sampai 30 anak dalam satu kelasnya. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan untuk membentuk karakter anak dalam menyikapi sosialisasi anak. Mengapa demikian? Anak anak tak hanya mempunyai kelebihan yang cemerlang tapi juga mempunyai kekurangan yang bisa menghambat pergaulannya.
Lalu apa
hubungannya dengan kekerasan anak? Kekerasan anak tak hanya menyangkut
kekerasan fisik semata, tapi juga kekerasan psikologis. Kekerasan fisik bisa
terlihat dari luka yang diterima, namun kekerasan psikologis tidak bisa
langsung terlihat. Kekerasan pada anak juga tak hanya dilakukan oleh orang yang
lebih tua terhadap anak, tapi banyak juga yang dilakukan oleh teman sekolahnya
sendiri.
Ya, anak anak kita yang masih kecil itu juga bisa melakukan tindak kekerasan terhadap temannya sendiri. Kekerasan yang dilakukan bukan hanya memukul atau berkelahi. Mereka justru lebih sering sering mengejek dan menghina temannya, karena temannya itu di anggap aneh atau mempunyai kekurangan. Entah karena bodoh, cacat fisik, beda kulit, beda materi dll. Seperti sifat anak anak yang polos, merekapun menyampaikan sesuatu kepada temannya yang diejek itu dengan kepolosannya juga. Jadi jangan menganggap enteng tentang masalah ini. Sebab anak anak yang mendapat ejekan dari temannya ini, juga mengalami tekanan jiwa. Mereka merasakan sakit yang sangat dalam hingga menimbulkan stress. Karena beberapa waktu lalu, tiba tiba Si Kecil bercerita tentang kesedihannya. Ia bilang benci dengan pelajaran olah raga. Akupun bertanya, "Kenapa?".
Ya, anak anak kita yang masih kecil itu juga bisa melakukan tindak kekerasan terhadap temannya sendiri. Kekerasan yang dilakukan bukan hanya memukul atau berkelahi. Mereka justru lebih sering sering mengejek dan menghina temannya, karena temannya itu di anggap aneh atau mempunyai kekurangan. Entah karena bodoh, cacat fisik, beda kulit, beda materi dll. Seperti sifat anak anak yang polos, merekapun menyampaikan sesuatu kepada temannya yang diejek itu dengan kepolosannya juga. Jadi jangan menganggap enteng tentang masalah ini. Sebab anak anak yang mendapat ejekan dari temannya ini, juga mengalami tekanan jiwa. Mereka merasakan sakit yang sangat dalam hingga menimbulkan stress. Karena beberapa waktu lalu, tiba tiba Si Kecil bercerita tentang kesedihannya. Ia bilang benci dengan pelajaran olah raga. Akupun bertanya, "Kenapa?".
Jawabnya,
"Setiap pelajaran olahraga aku selalu dimarahi teman temanku. Katanya aku
tidak bisa lari."
Kembali aku
bertanya, "Kenapa tidak bisa lari mesti dimarahi?"
Jawabnya
lagi dengan wajah kesal, "Aku sering ketangkep, jadi aku dimarahi sama
kelompokku. Teman teman juga tak mau memilihku saat bermain kelompok. Mereka
takut kalah kalau memilihku."
Sungguh, jawaban jujur yang kudengar dari bibirnya yang mungil
itu, selain menggelikan juga membuatku prihatin. Menggelikan sebab bodynya yang
gendut (meski tidak gendut sekali itu) memang membuatnya tak bisa berlari
kencang. Tapi aku pikir karena ini masalah anak, tentu aku tak bisa
menyalahkan temannya jika berkata demikian. Mereka mengatakan apa yang ada
dalam pikirannya. Yang bisa kulakukan selanjutnya adalah meningkatkan semangat
dan rasa percaya dirinya. Untung Si kecil ini selalu bercerita tentang kejadian
yang dialami selama di sekolah. Aku juga selalu menanyakan hal hal yang
dikerjakan setiap harinya tentang kesibukannya tersebut.
Pertama aku pancing tentang tindakannya menghadapi teman temannya
itu. Katanya, "Tuhan memang tidak membuatku pandai berlari, kenapa kamu
menyalahkan dan memarahi aku? Kenapa kamu marah pada temanmu sendiri? Apa kamu
tidak pernah mendengarkan pelajaran dari ibu guru? Jika kamu terus marah marah,
aku bahkan tidak akan lari."
Surprise aku
mendengar kata katanya yang panjang lebar. Cukup melegakan ia bisa membela
dirinya dengan ucapan yang menurutku lucu juga. Tak hanya membela diri
ia juga menyadari kekurangannya. Sepulang sekolah kemarin ia sempat cerita
lagi, bahwa ia kembali dimarahi oleh salah seorang temannya lagi, gara gara
kalah saat bermain. Aku langsung tanya apa yang kamu lalukan? Ia
bilang menyuruh temannya yang marah itu untuk pergi jika tak suka bermain
dengannya. Hihihi.....justru si kecil yang sekarang cari musuh...
Dari kejadian di atas kiranya orang tua lebih memperhatikan sikap
anaknya. Tak hanya mengatasi sikap anak yang mengalami kekerasan psikologi,
tapi juga berperan dan mengarahkan agar anaknya juga tidak melakukan
kekerasan pada teman temannya. Bagi kita kata kata anak yang polos memang
wajar, tapi jika hal itu ditujukan pada temannya dengan maksud untuk mengejek,
tentu bukanlah sesutu yang bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar